Beberapa di antara kita yang tidak merokok mungkin merasa tidak nyaman jika di sekitar kita ada orang yang merokok. Berbagai penelitian pun membuktikan jika para perokok pasif ini lebih berisiko tinggi terhadap penyakit dibandingkan para perokok aktif .

Kita sebagai perokok pasif pasti geram dengan hal ini. Gak ikut makan nangka kok kena getahnya. Sebagai perokok aktif pun beberapa mulai ada yang menyadari bahwa merokok tidak sehat dan ingin mengurangi atau berhenti sama sekali, namun dalam pelaksanaannya sulit sekali. Sebuah proses belajar akan perilaku merokok yang mendapat penguatan positif dari lingkungan dan tubuh, membuat perilaku merokok ini bertahan.

Awalnya mungkin mencoba, karena menghindari penguatan negatif seperti ejekan teman atau tidak diterima dalam kelompok tertentu. Ditambah lagi adanya penguat positif, seperti pujian teman jika merokok, atau mendapatkan kenikmatan dari menghisap rokok. Penguatan positif yang terus menerus, membuat perilaku merokok bertahan dan menetap, hingga sulit untuk dihentikan.

Beberapa alternatif cara dapat dilakukan untuk mengurangi perilaku merokok atau menghentikannya, seperti permen mint, hipnoterapi, terapi pengganti nikotif, hingga proses pembelajaran ulang yang dalam ilmu psikologi dikenal dengan istilah modifikasi perilaku. Prinsip utama dari teknik modifikasi perilaku ini adalah proses pembelajaran ulang tentang perilaku merokok. Jika semula merokok mendapatkan penguatan positif berupa kenikmatan, maka kali ini akan dikondisikan ulang dengan penguatan negatif agar perilaku merokok ini berkurang atau berhenti.

Beberapa teknik modifikasi perilaku dapat digunakan, termasuk memberikan hadiah untuk sebatang rokok yang tidak jadi dihisap dan sebaliknya memberikan hukuman untuk perilaku merokok. Terapis menjadwalkan dan membuat target perubahan perilaku, hingga perilaku merokok berkurang. Semula sehari berkurang 1 batang, esoknya 2 batang, hingga terus sesuai dengan target yang diharapkan.

Tidak membeli rokok dalam jumlah besar (misalnya satu atau dua pack) sehari, dapat juga digunakan sebagai alternatif untuk mengurangi merokok. Belilah sebatang setiap kali akan merokok. Misalnya kita biasa merokok tiap kali selesai makan, maka dengan membeli sebatang tiap kali akan merokok memiliki banyak resiko untuk gagal membeli, seperti tiba-tiba hujan, males, capek, toko tutup, atau hal lain yang akhirnya membuat kita susah untuk mendapatkan rokok.

Sudah pernah mencoba upaya di atas tetapi masih saja gagal? Maka kita dapat mengkombinasi antara teknik modifikasi perilaku dengan akupunktur. Teknik modifikasi perilaku berfungsi untuk mengkondisikan ulang perilaku, akupunktur membuat seseorang kehilangan penguat positif dari rokok. Sama dengan prinsip diet menggunakan media akupunktur, yakni menstimulasi titik-titik yang dapat menurunkan nafsu makan dan minum, disini distimulasi titik yang menimbulkan rasa nikmat dari rokok hilang. Ermanadji (2010), biasa menggunakan titik Ti Me (TianMexue; EX HN 5, dalam Alamsyah, 2000) untuk menghilangkan rasa nikmat dari rokok. Sudah terbiasa merokok, tiba-tiba berhenti maka ada rasa tidak enak, gelisah, rasa tidak nyaman di tenggorokan, maka dapat ditambahkan beberapa titik akupunktur tambahan untuk mengatasi masalah tersebut. Beberapa titik yang dapat disarankan Alamsyah (2009), antara lain: Tien Tu (RN, 22), San Yin Ciao (SP, 6), Yung Cuen (KI, 1), dan Sen Men (HT, 7). Semoga bermanfaat.

Referensi :

Alamsyah, I. (2009). Cara Lebih Mudah Menentukan Titik Terapi Acupoint. Jakarta: By Isa.

Ermanadji, B. (2010). Disampaikan dalam materi kuliah akupunktur. Malang: Sekolah Akupunktur Pengobatan “MANDIRI”.