Pertanyaan dasar ke-6 seputar Internet adalah:

6. SIAPAKAH ISP DAN WARNET ?

Internet Service Provider (ISP)

Koneksi langsung ke Internet memerlukan biaya sangat tinggi yang tidak mungkin ditanggung perorangan. Sebagai solusi didirikanlah perusahaan penyedia jasa yang membangun infrastruktur koneksi ke Internet dan kemudian membagi kapasitas yang dimilikinya kepada pelanggan. Biaya koneksi menjadi ringan karena ditanggung bersama oleh sejumlah pelanggan melalui registrasi dan iuran, kecuali biaya pulsa ditanggung sendiri oleh pengguna. Seiring dengan makin berkurangnya dominasi dan monopoli telekomunikasi, pada saatnya biaya koneksi ISP akan termasuk pulsa.

ISP selain memperoleh keuntungan dari iuran biaya koneksi, juga menjual jasa yang lain seperti layanan Virtual Private Networking (VPN – saluran WAN khusus intern perusahaan melalui Internet), koneksi dedicated (24 jam), pembuatan (desain) dan hosting (penempatan – Web Hosting) situs Internet, konsultan jaringan komputer bahkan ada yang berjualan komputer.

ISP adalah lembaga komersial yang memiliki ijin operasional dari Pemerintah. ISP juga harus terdaftar dalam lembaga Internet internasional serta memiliki alokasi IP address (alamat Internet) yang diatur oleh Internet Address Network Authority (IANA) dan memiliki domain yang terdaftar dan diakui oleh komunitas Internet.

Di Indonesia ISP mempunyai wadah yang disebut dengan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Dan untuk pengelolaan domain name (alamat atau penamaan di Internet berakhiran .id misalnya www.kesini.or.id) diselenggarakan oleh IDNIC atau CCTLD ID (Country Code Top Level Domain, ID = Indonesia), suatu lembaga volunteer non profit. Saat ini juga tengah dirintis berdirinya IISOC (Indonesia Internet Society) yang merupakan representasi masyarakat / komunitas Internet di Indonesia.

Warung Internet

WARNET adalah suatu bisnis jasa jual kembali skala kecil menengah yang mirip ISP. Umumnya WARNET menyediakan sejumlah terminal (PC) yang bisa dipakai akses Internet oleh masyarakat umum secara massal di suatu tempat permanen dengan mengenakan tarif sewa per satuan waktu pemakaian (misalnya per jam). WARNET sendiri mendapatkan akses Internet dengan cara menjadi pelanggan ISP secara dedicated atau on demand.

Di berbagai negara, termasuk Indonesia, bisnis WARNET berkembang pesat. Hal ini bisa dipahami dari beberapa faktor penyebab, pertama masih rendahnya tingkat kepemilikan (densitas) komputer karena masyarakat masih memandang komputer sebagai barang mewah yang mahal dan bukan sebagai alat produksi atau sarana penguasaan iptek. Kedua, mahalnya tarif telekomunikasi dan Internet personal dan ketiga faktor trend pergaulan terutama di kalangan muda.

Dalam posisi ini maka WARNET sebenarnya adalah bisnis yang sangat strategis bagi upaya penetrasi dan sosialisasi (introduksi) Internet ke tengah masyarakat terutama di kalangan muda. Sebagai lembaga bisnis, WARNET, yang memiliki akses atas informasi, sebenarnya juga dapat diarahkan untuk menjadi lembaga inkubator, point of sales maupun trading house bagi potensi ekonomi di sekitarnya melalui pola kerjasama.

WARNET sebenarnya punya banyak solusi bagi pemberdayaan potensi lokal. Namun wacana ini masih belum terlalu berkembang di lingkungan pebisnis WARNET karena kesibukan mereka lebih banyak tercurah pada urusan teknis dan konflik manajemen seperti masalah persaingan dan perang tarif.

RT/RW Net

Belakangan ini muncul istilah baru yaitu RT/RW Net. Pada dasarnya RT/RW Net adalah sebuah mini ISP yang melayani pelanggan dalam area terbatas dalam satu lingkungan RT/RW. Konsepnya adalah berbagi pakai akses Internet dan tidak terlalu berorientasi profit. Pengelola RT/RW Net pada umumnya menjual kembali jasa akses Internet dari salah satu ISP atau berbagi pakai kapasitas bandwidth yang tersisa dari WARNET. Dengan konsep ini, pengguna rumahan dapat memperoleh solusi alternatif akses Internet yang lebih murah (flat rate) dan dedicated (24 jam).

foto:wb9.itrademarket.com/pdimage