Netsains.Com – ‘Penumbuk raksasa‘ alias Large Hadron Collider (LHC), suatu proyek kolaborasi global, memiliki awal yang kurang mulus. Namun pekerjaan dari banyak orang dapat menghasilkan kebijakan.
Jika semuanya berjalan mulus, maka ilmuwan dapat segera menyalakan kembali .

Penumbuk Hadron besar‘, yang merupakan akselerator partikel berharga US$ 6 Miliar, yang terletak di dekat Jenewa, Swiss. Penghancur atom tersebut ukurannya sangat besar, sehingga melibatkan 2900 peneliti, dan begitu rumit, sehingga peneliti di 34 negara telah mempersiapkan 100000 komputer untuk meproses datanya, dan begitu rapuh sehingga burung yang menjatuhkan sisa roti dapat merusak sumber daya, seperti yang pernah terjadi.

Bukannya bebas masalah, akselerator proton tersebut memulai kembali beroperasi setelah kerusakan pada tahun 2008, yang mengharuskan ia direparasi selama setahun. Instrumen ini memiliki tim riset raksasa, yang beroperasi dalam manajemen proyek skala besar. Hal ini menjadi salah satu tantangan terbesar sains.
Peneliti di seluruh dunia, yang berasal dari berbagai negara, organisasi, dan memiliki berbagai latar belakang, bersatu untuk melakukan eksperimen yang ambisius. Mereka terinspirasi dengan perkembangan dunia IT yang pesat, misalnya dengan Linux dan Wikipedia. Kolaborasi kreatif mereka lakukan dengan jaringan blog, wiki, dan database.

Walau dulunya upaya yang sangat individual, sains di abad ke 21 telah menjadi ‚olahraga tim‘. Kolaborasi riset telah menjadi lebih besar, lebih umum, dan lebih berpengaruh dibanding sebelumnya.

Dalam rangka mengukur kolaborasi tim dalam sains, pakar manajemen pada Universitas Northwester telah menganalisis 2.1 juta paten US yang diserahkan sejak 1975 dan 19.9 paper riset yang disimpan pada database Institut Informasi ilmiah. , Kami mencari benang merah dari semua itu, dan ternyata semua bidang bergerak pada kerja sama tim‘, demikian kata Sosiolog bisnis Northwester Brian Uzzi.

Dengan semakin kompleksnya proyek riset, manajemen menjadi varibel di setiap eksperimen., Anda tidak akan bisa melakukannya sendiri‘, kata analis manajemen riset Maria Binz Scharf pada Kolese New York.‘ Pertanyaannya adalah bagaimana kita mencakupkan semuanya‘

Kuncinya adalah mengumpulkan orang bersama sama, yang telah mempercepat kemajuan teknologi yang menguntungkan kita semua. Kemudahan bisnis global dan jaringan sosial saat ini berhuntang pada World Wide Web, yang awalnya didesain untuk membantu pembagian informasi diantara ilmuwan. WWW diciptakan oleh Organisasi Eropa untuk Riset Nuklir (CERN), rumah dari Penumbuk Hadron Besar.

Ekseprimen online manajemen sains sedang dilakukan. Tahun lalu, Yayasan Sains nasional telah memulai proyek US$ 50 juta untuk memetakan semua riset biologi tanaman, dari tingkat molekul sampai ke organisme dan ke seluruh ekosistem. Sehingga ilmuwan dapat mengakses data tersebut seperti sedang menggunakan Google Earth.

Ahli komputer US telah mendapatkan dana federal US$ 12 juta untuk menciptakan jaringan nasional biomedil yang diberinama VIVOweb, yang digunakan untuk meningkatkan kolaborasi riset. Ilmuwan sedang bereksperimen dengan teknologi baru dari kerja sama tim. Bahkan di Matematika juga, dimana pada umumnya peneliti bekerja sendiri.

Januari lalu, ahli Matematika Inggris, Timothy Gowes, telah mengundang sukarelawan untuk mengerjakan masalah riset kombinatorial yang disebut teorema densitas Hales-Jewett, yang ia posting pada blog proyek Polymath miliknya. Dengan melakukan brain storming secara bersamaan dan online, dua lusin sukarelawan telah berhasil menyelesaikan masalah tersebut dalam waktu 37 hari. ” Cara melakukan riset secara kolaboratif telah dapat menyelesaikan masalah jauh lebih cepat,” demikian kata Dr. Gowes dari Universitas Cambridge.

Mahasiswa Biologi telah membuat kolaborasi online yang diberi nama OpenWetware untuk membagikan tip teknis mengenai galur sel, protokol, dan esei penapisan. “Hal ini tidak pernah diterbitkan.” Kata Sriram Kosuri dari Institut Genetik Universitas Harvard, yang merupakan salah satu organiser. ” Kami ingin membuka informasi ini kepada publik.”
Semenjak 2005, proyek tersebut telah tumbuh menjadi kolaborasi online dengan 7000 user terdaftar dari 5 benua, dan 65000 halaman web, semua dengan sedikit atau tanpa manajemen langsung.” Semua menggunakannya untuk tujuan mereka masing-masing, dan database tersebut tumbuh secara organis,” kata Dr.Kosuri.
Dalam semangat yang sama, pakar paleontologi Michael Taylor dari Universitas Kolese London juga telah mempersiapkan proyek ‚Open Dinosaur‘, dan mendorong sukarelawan untuk menciptakan database online tulang dinosaurus dari seluruh dunia. , Dengan ini, hakikat keterlibatan keilmuwan telah berubah secara dramatis dan cepat‘, kata Dr Taylor.

Dengan beberapa pengukuran, Penumbuk Hadron besar adalah mesin terbesar didunia. Ia didesain untuk menabrakkan sinar proton secara bersamaan untuk menguji teori puncak materi. Tim ilmuwan tersebut, yang berasalah dari 150 universitas dan lusinan kantor pemerintah, telah mendobrak manajemen konvensional fisika. Walaupun demikian, tidak ada otoritas tertinggi dalam tim ini.

Tejinder Virdee dianggap sebagai orang yang berada pada puncak grafik organisasi detektor penumbuk Solenoid Compact Muon — Alat 12500 ton yang sebesar kathedral abad pertengahan. Setidaknya 3600 orang dari 183 institut dari 38 negara terlibat. Sebenarnya, Dr Virdee dapat saja memiliki otoritas eksekutif. Namun, dia justru mengambil titel ‚juru bicara‘. Dia dipilih oleh tim ilmuwan untuk mewakili dalam bernegosiasi dengan kelompok kerja lain.

Dia tidak memiliki kekuasaan untuk memerintah, namun hanya bisa mempengaruhi dan membujuk. “Saya tidak bisa mengarahkan siapapun untuk melakukan hal-hal yang tidak mereka inginkan,” kata Dr Virdee. ‚”Semua keputusan adalah berdasarkan konsensus.” Namun, bagaimanapun, dia adalah bosnya.
Di sekeliling penumbuk, kelompok peneliti mengorganisir diri mereka dalam kerja sama demokratis, secara anti hirarki. Semua pertimbangan adalah terbuka, dan melelahkan. Semua orang dapat mengutarakan pendapatnya, tidak peduli berapa lama waktu yang diperlukan. ” Ini adalah bottom up, bukan top down,” kata Markus Nordberg, yang adalah kordinator sumber, alias direktur keuangan, untuk penembuk detektor ATLAS. Detektor ini memiliki berat seperti menara Eiffel, dan merupakan salah satu kolaborasi terbesar dalam ilmu fisika.
, Tidak ada satupun dari mereka yang dapat melakukan riset secara sendirian,‘ kata Barbara Gray, analis manajemen pada Universitas Negeri Pennsylvania. ,”Tidak ada satupun yang dapat menggunakan Penumbuk Hadron raksasa, kecuali mereka menggunakannya secara bersama.”

Diterjemahkan secara bebas dari:
http://online.wsj.com/article/SB125868444693956911.html?mod=article-outset-box#video=B101BB56-2179-42F5-B2A6-612C746243D0&articleTabs=article