Netsains.Com – Konvergensi dalam dunia nyata tidak akan pernah terjadi dengan sempurna. Konvergensi tercipta hanya untuk melihat kegagalan dan kerugian yang pada akhirnya berujung pada kehilangan dan kekalahan mutlak.

Menggabungkan negara maju dan berkembang asia pasifik dalam forum APEC akan tetap menimbulkan konflik yang tak berkesudahan terutama masalah tarif. Keputusan bersama yang disepakati oleh anggota APEC pada dasarnya hanya menguntungkan negara maju. Indonesia menolak melakukan konvergensi alias kerja sama dengan negara penjajah. Artinya kemerdekaan yang diraih mutlak dari jerih payah masyarakat Indonesia tanpa ada belas kasih dan meminta-minta untuk dimerdekakan.

Konvergensi bisa saja terjadi jika itu menyangkut masalah kenyamanan atau kepraktisan. Mau merdeka? Berdamailah dengan penjajah. Mau bisa eksis dalam keanggotaan dunia seperti APEC, WTO? berdamailah dengan negara maju dan ikuti kemauan mereka. Demikian pula dengan masalah teknologi informasi dan komunikasi. Konvergensi terlalu nyata untuk selalu dinyatakan sebagai sebuah terobosan tepat guna, yang memberikan manfaat bagi setiap orang. Di bidang hiburan, pernah ada TV+DVD yang dikeluarkan oleh perusahaan lokal. Menguntungkan bagi konsumen tapi akhirnya produk tersebut menghilang begitu saja. Perkembangan TV mengarah ke plasma dan bisa jadi selebar mungkin dengan HD yang semakin memanjakan mata konsumen, tentunya harga yang ditawarkan pasti mahal. DVD sekarang sudah ada bluray, bahkan kaset DVD bajakan bluray pun sudah ada untuk mengantisipasi kemajuan media player DVD, meskipun harganya lebih mahal daripada DVD player biasa tetap ada konsumen yang membelinya.

Informatian Technology, berdasarkan Information Technology Association of America (sumber: wikipedia), adalah suatu ilmu, disain, pengembangan, implementasi, dukungan atau sistem informasi berbasis komputer, terutama aplikasi software dan hardware komputer. IT berhubungan dengan pemanfaatan software komputer untuk mengonversi, melindungi, memroses, menghantarkan dan menampilkan informasi dengan aman.

Jadi dari pernyataan tersebut dapat disebutkan pentingnya sebuah jaringan yang kuat guna menghantarkan informasi yang dibutuhkan, yang tersimpan dalam database setiap perusahaan. Informasi acak yang diperoleh daribanyak tempat, dengan manajemen data yang baik, akan menghasilkan sebuah data yang tepat untuk pengambilan keputusan. Data disimpan dalam database, yang kemudian dapat didistribusikan oleh setiap pihak yang berkepentingan dengan cepat, asalkan jaringannya kuat dan stabil.

Konvergensi IT dan komunikasi tidak akan terjadi karena IT merupakan bagian dari komunikasi. IT merupakan bagian perantara atau pendukung terciptanya suatu alur antara si pemberi pesan dan penerima pesan. Di SWA no. 23 2009 telah menampilkan artikel yang bagus terkait masalah efisiensi komunikasi yang efektif. Dalam berkomunikasi, sebuah korporat nasional sangat membutuhkan efisiensi. Mereka menemukan bahwa penggunaan tiga jaringan selama ini, menyebabkan inefisiensi. Ketiga jaringan itu adalah jaringan data, jaringan telephony dan jaringan video. Solusinya adalah mengkonvergensi ketiga jaringan tersebut, nama jaringan tersebut adalah tele-AV-data. Namu alih-alih menciptakan jaringan baru, perusahaan IT mengembangkan unified communications. Cisco dengan CiscoWebex, Microsoft dengan UC Microsoft. Ragam keunggulan dan tawaran memberikan pilihan bagi korporat untuk memilih. Apa yang menjadi efisien sama saja dengan perusahaan memilih menggunakan perantara dalam menyalurkan produknya, seperti telah banyak dikemukakan dalam buku-buku pemasaran.

gambar1

Pada gambar 1 di atas dapat dilihat bagaimana tingkat kepadatan alur transportasi informasi di perusahaan yang mempunyai banyak cabang. Pusat sudah pasti ingin mendapatkan data yang riil terhadap perkembangan di cabang, untuk itu cabang pun akan segera memberikan informasi. Begitu pula halnya departemen lain di pusat mengharapkan hal yang sama untuk selalu meng-update data dan perkembangan di cabang. Padatnya alur tersebut bisa menyebabkan lambat bahkan berhenti dalam beberapa waktu sehingga penyampaian informasi terhambat.

Perusahaan penyedia jaringan tentunya selalu berusaha untuk memperkuat sinyal jaringan dengan segala tekhnologi yang ada. Meskipun sudah maksimal, dengan kepadatan transportasi informasi di satu perusahaan saja, usaha yang maksimal tetap akan terhambat pula. Ini yang menyebabkan inefisiensi di setiap perusahaan, jaringan yang lama, menyebabkan biaya pun menjadi mahal.




gambar 2

Alih-alih perusahaan jaringan menciptakan konvergensi Unified Communication, memperkuat infrastruktur jaringan adalah pilihan yang tepat bagi investasi jangka panjang perusahaan penyedia jasa atau operator komunikasi. Memperkuat jaringan akan membuat perusahaan dapat memperkuat posisinya di benak pelanggan.

Konvergensi tidak ada sangkut pautnya dengan usaha memberikan keuntungan atau manfaat bagi masyarakat, hanya akan membuat rumit dan mahal. Bayangkan saja, ketika perusahaan jaringan mendapatkan keluhan pelanggan utamanya terhadap lambatnya konektivitas jaringan yang terjadi. Ide muncul. Bagaimana kalau menggabungkan pengetahuan yang dimiliki dengan perusahaan software untuk membuat alat yang bisa memberikan solusi bagi pelanggan dengan efisien? Ya tidak mungkin. Berikan kesempatan pada vendor seperti Cisco, Micrososft dan lainnya berevolusi dengan produknya dan menciptakan kategori baru atau percabangan terhadap produk teknologi informasi. Sisanya serahkan pada perusahaan jasa jaringan untuk memperkuat dan memperjernih jaringan.

Terlalu banyak contoh konvergensi yang memberikan harapan yang tinggi guna memberikan keuntungan yang nyata bagi masyarakat. Hasilnya banyak diungkap oleh Al Ries dalam bukunya “The Origin of Brand”. Dalam tulisan ini memberikan contoh tentnag upaya bangsa Indonesia meraih kemerdekaan dengan tangan sendiri. Dalam usahanya masyarakat dan ulama melakukan divergensi partai politik bukan konvergensi, dan berhasil merdeka pada 17 Agustus 1945.

Contoh kedua, bergabungnya Indonesia dalam forum dan/atau kelompok dunia, seperti APEC, WTO, IMF. Tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap negara maju, menyebabkan negara berkembang seperti Indonesia akan memiliki perasaan nyaman bila berada di balik punggung negara maju, meskipun manfaat yang dirasakan kurang. Indonesia berkonvergensi dengan forum dunia hanya untuk mencapai kepraktisan dalam hubungannya dengan dunia internasional. Hal ini tidak akan mengubah dominasi negara maju terhadap negara berkembang dalam segala bidang kehidupan. Dan contoh ketiga terkait masalah produk TV+DVD yang tidak berhasil di Indonesia, serta usaha operator jasa telekomunikasi berkonvergensi dengan produk IT adalah sebuah kesia-siaan belaka.

Pertegas dominasi perusahaan dalam fokus usaha, sehingga di benak konsumen untuk satu kategori satu merek akan membuat keuntungan yang berlipat baik bagi perusahaan maupun masyarakat. Menciptakan kategori baru melaui divergensi dan evolusi merek lebih baik daripada menghilangkan kategori yang sudah kuat melalui konvergensi. Bagi operator jasa telekomunikasi, memperkuat jaringan akan mepertegas posisi perusahaan di benak konsumen dalam menghantarkan layanan cepat, tepat, dan nyaman. Cepat karena akses yang kuat, tepat waktu karena menggunakan jaringan terbaik dan nyaman karena semua terasa mudah dan hemat.

Bagi perusahaan IT, fokus pada menciptakan software dan hardware yang terbaik, yang mampu memberikan solusi terbaik bagi pelanggan utamanya. Lupakan konvergensi, hanya berupa mimpi yang akan direalisasikan ke dunia nyata, tiba-tiba terbangun dari mimpi dengan masalah kerugian di depan mata.

Referensi:

  1. Al & Laura Ries; “The Origin of Brands (Asal-Usul Merek)”; Karisma Publishing Group, 2005.
  2. Artikel: “Cara Hemat Komunikasi Korporat”; SWA No. 23/XXV/29 Oktober-11 November 2009; p. 120-123.
  3. Wikipedia: ”Information Technology”.

foto:.intelconsumerelectronics.c