Akhir-akhir ini standarisasi format dokumen menjadi isu yang cukup ramai dibicarakan. Munculnya isu penyuapan oleh salah satu karyawan Microsoft di Swedia agar OOXML dijadikan standar dokumen terbuka oleh Lembaga Standarisasi Internasional (ISO) menjadi hal menarik untuk dicermati. Apa sebenarnya OOXML itu? Kenapa Microsoft begitu ingin OOXML menjadi ISO?

Saat tulisan ini dibuat, Badan Standarisasi Nasional (BSN) juga akan melakukan voting terhadap OOXML. Lalu apa pengaruhnya untuk negara kita jika OOXML disetujui sebagai standar format dokumen oleh BSN?

Sebetulnya untuk standarisasi dokumen, ISO telah menetapkan standar tersendiri bernama Open Document Format (ODF). ISO/IED 26300 merupakan standar yang diajukan oleh OASIS dan disahkan pada Mei 2006. Dengan kerasnya upaya Microsoft untuk mengesahkan OOXML menjadi standar (diajukan dalam ISO/IEC/JITC1/DIS 29500 OOXML), maka OOXML sering diperbandingkan langsung dengan ODF dalam berbagai kajian.

Pentingnya Standarisasi

Dengan banyaknya aplikasi perkantoran seperti pengolah kata, spreadsheet, dan presentasi menyulitkan publik saat akan berbagi dokumen. Misalnya kantor A menggunakan Open Office writer, tidak bisa dibuka di kantor B yang menggunakan Microsoft Word. Atau saat dibuka, formatnya menjadi berantakan dan harus disesuaikan kembali. Standarisasi format dokumen diperlukan agar keduanya, dan banyak aplikasi perkantoran lainnya saling berbagi tanpa masalah.

Standarisasi juga penting untuk kompatibilitas mundur (backward compatibility) terhadap dokumen-dokumen yang akan disimpan dalam waktu lama. Misalnya dokumen hukum di perpustakaan atau dalam lembaga pemerintahan. 10 tahun kedepan, apakah dokumen yang disimpan hari ini dapat dibuka? Apakah dokumen disimpan dengan format yang terbuka?

Tentang ODF

ODF (Open Document Format) adalah format dokumen yang tujuan utamanya adalah interoperabilitas antar aplikasi, dan dibuat sebisa mungkin netral terhadap vendor.

Spesifikasi ODF mencakup:

  • XSL:FO – Formatting
  • SVG – Scaleable Vector Graphics
  • MathML – Formula Matematika
  • XLink – Embedded links
  • SMIL – Synchronized Multimedia Integration Language
  • Xforms – Definisi formulir

Berikut kronik perkembangan ODF:

  • 1999, StarDivision mulai membuat format file yang dapat dipertukarkan pada produk StarOffice-nya dalam format XML
  • Agustus 199, StarDivision diakuisisi oleh Sun MicroSystems
  • Oktober 2000, Sun Microsystems mengeluarkan sebagian besar kode program kepada komunitas pada proyek OpenOffice.org dengan lisensi terbuka. Pada waktu yang sama komunitas XML dibentuk, bertujuan membuat spesifikasi XML untuk format file yang bisa dipertukarkan.
  • Mei 2002 OpenOffice.org versi 1.0 dan StarOffice versi 6 dikeluarkan dengan menggunakan format XML di atas (SXW).
  • Di tahun 2002 muncul kolaborasi dengan aplikasi perkantoran lainnya, terutama proyek Koffice untuk mendefinisikan ulang format inter operabilitas.
  • Desember 2002, OASIS menyelenggarakan konferensi untuk pembuatan standar yang sekarang dinamakan ODF.
  • Dari tahun 2002 hingga 2004, format diperbaiki berdasarkan pengalaman dan penilaian terhadap format office yang dibutuhkan.
  • Desember 2004, draft kedua file format XML disetujui oleh OASIS untuk review.
  • Februari 2005, draft ketiga dipublikasikan untuk memperoleh masukan publik.
  • Mei 2005, format ODF disetujui sebagai standar OASIS.
  • Segera setelah itu, banyak aplikasi perkantoran yang mengadopsi standar ODF untuk menyimpan dokumen.
  • September 2005, ODF diajukan sebagai standar ISO.
  • Mei 2006, ODF memperoleh sertifikasi (ISO/IED 26300).
  • Februari 2007, OpenDocument Version 1.1 telah disetujui oleh OASIS. Versi ini mengatasi beberapa masalah aksesibilitas.

Tentang OOXML

Office Open XML (OOXML) ditujukan sebagai standar yang netral terhadap vendor, namun lebih ditekankan untuk kompatibilitas platform Microsoft Office. Dengan adanya standarisasi format dokumen ini maka diharapkan tidak ada lagi dokumen yang dibuat dengan Microsoft Office versi sebelumnya, tidak kompatibel terhadap Microsoft Office versi setelahnya. Format ini mulai dijadikan standar dalam produk Microsoft Office versi 12 atau lebih dikenal sebagai Office 2007.

Meskipun sejarahnya tidak dipublikasikan, namun beberapa event berikut ini bisa dijadikan penanda sejarah OOXML.

  • Microsoft menggunakan format XML sebagai opsi dalam Office 2003, meskipun bukan format default. Berkas tidak dikompres dan disimpan dalam 1 berkas XML. Semua data binary, seperti gambar, direpresentasikan dalam base64, dimasukkan dalam tab “binData”. Termasuk di dalamnya lisensi terhadap file binary ini. Format ini dirilis tahun 2003.
  • Microsoft memulai pengembangan “Microsoft Office 12″ atau lebih dikenal “Microsoft Office 2007″. Dalam versi ini dikembangkan skema XML baru (OOXML). Format disimpan dalam beberapa file, kemudian dikomepres dalam satu file “zip”. Tidak ada konsultasi publik dalam pembuatan format ini.
  • Dibawah tekanan, Microsoft mengendorkan ketentuan lisensi di Januari 2005. Bagaimanapun juga, tidak terlalu longgar untuk mengijinkan software open source untuk menggunakannya.
  • Segera setelah Commonwealth of Massachusetts Information Technology -Division memilih OASIS ODF sebagai standar dalam dokumen, Microsoft mengumumkan akan mengusulkan OOXML kepada ECMA untuk dijadikan standar. Dibulan November 2005, Microsoft lebih mengendorkan lisensinya, termasuk menempatkan Klausa-Non-Asertif yang menguntungkan kedua pihak (mutual Non-Assertive-Clause) terhadap paten yang disertakan di OOXML yang dimiliki olehnya.
  • Pada December 2006, ECMA menyetujui OOXML sebagai standar (ECMA 376). Ini dilakukan tanpa konsultasi publik yang terlihat, dan kira-kira hanya dua setengah tahun pengambangan sejak dirilisnya format XML tertutup sebelumnya (XML dari Microsoft Office 2003). Dan bulan berikutnya diajukan ke ISO untuk disertifikasi sebagai standar internasional.
  • Pada Januari 2007, draft yang terdiri dari 6000 halaman dirilis ke anggota untuk dianalisa selama 30 hari dan mengajukan “kontradiksi”.
  • Microsoft merilis Microsoft Office 2007 pada Januari 2007.
  • Pada Februari 2007, 20 negara mengirimkan komentar dan kontradiksi terhadap standar.

Beberapa Isu OOXML

Isu Keamanan

OOXML memperbolehkan data biner yang dapat disalah gunakan dengan diisi program berbahaya. Misalnya spesifikasi OOXML menyarankan seting printer disimpan dalam DEVMODE, format biner yang digunakan oleh driver printer Windows. Namun jika seseorang mengganti berkas DEVMODE ini menjadi file tertentu, maka seseorang dapat menguasai komputer yang bersangkutan. Meskipun DEVMODE menjaga interoperabilitas terhadap program sebelumnya, namun tidak sepatutnya sebuah spesifikasi mengandung celah keamanan.

Selain itu, OOXML menyertakan fungsi enkripsi tertutup. Di Amerika, ada lembaga yang bernama FIPS (Federal Information Encryption Standards), dan NIST (National Institute and Standards Technology) yang mendefinisikan standar fungsi enkripsi yang disetujui. Bahkan ISO telah memiliki standar seperti SHA-256 dalam ISO/IEC 10118-3:2004. Jadi pengguna OOXML, akan bergantung pada fungsi enkripsi tertutup yang tidak ada dalam standar FIPS/NIST dan standar ISO sendiri.

Inkonsistensi dengan standar ISO lain

OOXML mengandung beberapa inkonsistensi terhadap standar ISO lainnya dengan mendefinisikan standar sendiri.

  • ISO 216 telah mendefinisikan penamaan dan ukuran halaman, namun OOXML mendefinisikan kode penomoran dan penamaan sendiri. (Catatan: ODF juga tidak menggunakan ISO 216 untuk penamaan ukuran halaman, namun langsung menggunakan ukuran dimensi halaman).
  • ISO 639 telah mendefinisikan kode bahasa, namun OOXML mendefinisikan kode bahasa sendiri.
  • ISO/IEC 15445 (HTML) telah mendefiniskan penamaan warna, namun OOXML memiliki representasi sendiri tentang warna tertentu. Misalnya warna “dark blue”, “dark cyan” akan berbeda di OOXML.
  • ISO 8601 telah mendefinisikan tanggal dan waktu secara komprehensif. OOXML merepresentasikan tanggal dan waktu sebagai integer mulai dari 31 Desember 1899 (atau Januari 1004, tergantung setting).
  • ISO 8879, XML yang bisa dibaca. OOXML menggunakan singkatan-singkatan untuk penamaan tag XML-nya. Contohnya “scrgbClr”, “dir”,”dist” yang sulit untuk dipahami tanpa dokumen pendukung.

OOXML sendiri dipastikan akan overlap dengan ODF yang telah disahkan sebagai ISO/IED 26300.

Inkonsistensi referensi Eksternal (dan internal)

Sebagai sebuah format yang akan diajukan sebagai standar terbuka, bahkan standar Internasional, OOXML mengandung beberapa inkonsistensi lain:

  • Grafis Vektor, OOXML mendefinisikan DrawingML untuk grafik vektor. Sedangkan standar yang dikenal dalam hal ini adalah SVG (Scalable Vector Graphic) yang disusun oleh W3C. OOXML juga menyertakan spesifikasi Microsoft VML, yang telah lama dihapuskan dari standar W3C dari 1999 semenjak adanya SVG.
  • Obyek, OOXML mereferensikan Windows Metafiles (WMF) dan enhanced Metafiles, dimana keduanya adalah standar tertutup (propietary) miliki Microsoft.
  • Konfigurasi, OOXML menyertakan konfigurasi yang spesifik menunjuk pada satu aplikasi. Misalnya, autoSpaceLikeWord95, lineWordWrapLikeWord6 dan banyak lagi lainnya.
  • Persentase, direpresentasikan dalam berbagai bentuk. Misalnya sebagai desimal integer, persentase murni dikalikan 500 atau persentase murni dikalikan 1,000.

Isu Paten

Dalam OOXML, Microsoft menyertakan dua pernyataan tentang paten yang dimilikinya dan disertakan dalam OOXML yakni CNS (Covenant Not to Sue) dan OSP (Open Specification Promise). Keduanya dimaksudkan untuk menjamin implementor OOXML agar tidak terlalu khawatir akan paten yang dimiliki Microsoft. Menurut Grokdoc yang telah mempelajari pernyataan CNS dan OSP, keduanya tidak memberikan hak apa-apa bagi pengguna/implementor. Referensi lain dari Sam Hiser, OSP dan CNS mengikat pada spesifikasi yang terdefinisikan secara jelas dalam OOXML. Namun standar OOXML sendiri banyak faset yang tidak terdefinisi, atau direferensikan pada obyek tertutup. Hal ini tetap membuka potensi tuntutan paten.

Harus Ditolak

OOXML adalah satu langkah maju dari Microsoft yang mulai membuka diri terhadap kompatibilitas aplikasi atau vendor lain kepada publik. Ini membuka peluang agar dokumen-dokumen yang telah disimpan dalam format Microsoft Office dapat diakses secara layak, meskipun berbeda versi. Hal ini seiring dengan tujuan dirumuskannya OOXML agar seluruh versi Microsoft Office dapat kompatibel satu sama lain.

Namun sebagai format yang akan diajukan sebagai standar internasional, OOXML memiliki terlalu banyak isu yang harus dipecahkan. Mulai dari isu teknis, hingga isu ekonomis dan hukum seperti paten. Untuk itu, pengajuan OOXML sebagai standar ISO harus ditolak, hingga Microsoft mau menyelesaikan isu-isu teknis dan non teknis dimaksud. Dalam hal ini, kemungkinan kecil OOXML akan diubah spesifikasinya, sebab menyangkut format propietary yang terkandung dalam versi Microsoft Office sebelumnya.

Dalam konteks nasional, ODF merupakan format yang lebih ideal untuk diadopsi sebagai standar. ODF lebih mengedepankan kompatibilitas antar aplikasi daripada merujuk pada satu aplikasi. Dan dengan telah disahkannya ODF sebagai ISO/IED 26300, tidak ada lagi aspek yang perlu dikhawatirkan. Mungkin akan muncul banyak isu saat akan diformalkan, mengingat tentunya sudah banyak dokumen yang telah dibuat dalam Microsoft Office.

ISO memiliki tenggat hingga 2 September untuk ratifikasi OOXML menjadi standar internasional. Dengan mempertimbangkan berbagai aspek di atas, sudah selayaknya Badan Standarisasi Nasional (BSN), memberikan suara tidak setuju dalam voting ISO.

Kredit foto: dokumen pribadi