Memadukan teknologi dengan bisnis memang perkara gampang-gampang susah. Terus terang, di Indonesia memang belum ada perusahaan yang mampu membalut teknologi temuannya sendiri dengan kiat komersialisasi yang sempurna.

Program Teknologi Informasi (TI) buatan anak Indonesia masih di tingkat memuaskan user individu, belum korporat. Ada baiknya kita mengintip sedikit kesuksesan Apple, perusahaan yang bisa dibilang sukses besar memadukan teknologi dan bisnis.

Apple merupakan satu-satunya perusahaan di dunia yang menguasai empat industri penting, yaitu musik, film, komputer dan telekomunikasi. Apple sendiri menunjukkan Apple merupakan perusahaan paling diminati dengan rata-rata industri yang stabil. Perusahaan tersebut mampu membukukan peningkatan konstan, dari 16 dollar a share pada saat Steve Jobs masuk kembali ke Apple pada tahun 1996, meningkat menjadi 80 dollar. Mereka sudah mengalami 3 kali stok split hingga saat ini sejumlah 135.74 dollar.

Kunci keberhasilan Apple adalah konsistensi pada aspek inovasi dan desain. Termasuk salah satu perusahaan yang mengedepankan aspek desain dan inovasi dalam meluncurkan produk, membuat produk Apple berdiri sendiri berbeda dengan produk dari perusahaan kompetitor. Mari kita kupas satu demi satu kesuksesan model bisnis Apple.

iPhone sebagai Entry Level Berbisnis dengan Apple
Mengapa iPhone merupakan sweetspot untuk mulai berbisnis dengan Apple? iPhone merupakan smartphone paling revolusioner dalam sejarah. Baik secara teknologi maupun secara marketing. iPhone terjual lebih dari 770.000 unit dalam satu minggu pertama peluncurannya, 270.000 unit dalam 10 jam pertama peluncurannya, dan 550.000 unit dalam 3 hari peluncurannya, menjadikan iPhone merupakan handphone paling panas yang ada dipasaran saat ini. Bandingkan dengan iPod generasi satu (tahun 2002) yang terjual hanya 100.000 unit dalam 2 tahun peluncurannya. Sekarang iPod merajai bisnis MP3 dunia dengan nilai 40 miliar dollar.

Model bisnis iPhone
iPhone menpersyaratkan partnership dengan operator selular. AT&T (Cingular) merupakan sole partner Apple saat ini untuk layanan iPhone di Amerika. Alasan kenapa Apple mempersyaratkan demikian karena Apple baru pertama kali terjun di dunia handset, dan dia menginginkan bulk buying dari operator dan bagian dari fitur layanan tambahan yang disediakan pada iPhone/Operator .

Model Bisnis iTunes Music Store
Apple iTunes Music Store merupakan online store terbesar ke-3 di dunia dengan nilai kapitalisasi diatas 4 miliar dollar US. Layanan iTunes Music Store menyediakan lagu, music, podcast, yang dapat dinikmati oleh pengguna iPod, hingga hari ini (dibuka pada tahun 2003), dalam 4 tahun operasionalnya sudah memperoleh 4 miliar download. iTunes Music Store mempersyaratkan layanan kartu kredit tersedia di negara yang bersangkutan, maupun penjualan via voucher.

Model Bisnis iPod
Kunci keberhasilan bisnis Apple adalah pada produk iPod. iTunes Music Store mungkin tidak menyumbangkan banyak bagi Apple , 4 miliar dollar yang harus dibagi ke Recording Label, katakan Apple memperoleh 25 cents bagian dari bisnis ini ~ 1 miliar dollar. Tapi di sisi lain Apple harus membangun sistem online dan maintain. Sedangkan Recording Label menikmati secara cuma-cuma, sementara Apple bersedia melakukannya karena iTunes Music Store mendorong penjualan iPod yang mencapai nilai kapitalisasi 40 miliar dollar.

Model bisnis yang dapat kita kerjakan bersama Apple di Indonesia:

1. Penetrasi iPhone.
Bisnis iPhone harus diambil pertama di Indonesia. Kita menjadi agent-of-change dan mediator Apple dan Operator lokal. Pilih salah satu operator yang berminat melakukan kerjasama besar ini, atau bicarakan dengan pihak Apple apakah kita dapat melakukan partnership dengan beberapa operator sekaligus. Kapitalisasi yang dibutuhkan minimal 5 juta dollar.

2. Penjualan iTunes Music Store via Voucher atau Deduksi Pulsa.
Salah satu alasan Apple belum membuka bisnis iTunes Music Store di Indonesia adalah tingkat kejahatan kartu kredit yang terlalu tinggi dan tidak pernah dapat penanganan dari pihak berwajib di sini. Karena itu salah satu pola kerjasama yang menarik adalah menjual iTunes Music Store dengan pulsa seperti halnya pulsa isi ulang, dan melalui deduksi pulsa. Pola pembelian musik di Indonesia sangat digandrungi lewat deduksi pulsa, seperti halnya ringback tone yang merupakan bisnis paling besar bagi operator dan ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia), dan memicu pertikaian dengan pihak YKCI (Yayasan Karya Cipta Indonesia) yang berawal dari nilai kapitalisasi bisnis yang sangat besar (salah satu musisi lokal bahkan memperoleh 75 juta download, dengan nilai ringback tone 10.000 rupiah ~ 750 miliar rupiah dan merupakan ladang uang besar bagi para operator/ASIRI/penyedia jasa download/Poll SMS).

3. Ambil bisnis iPod dari Distributor.
Bisnis iPod hari ini berbeda dengan bisnis iPod pada saat peluncurannya di tahun 2002. Ketika itu Apple bisa memberikan margin s/d 50 dollar untuk setiap unit iPod (bandingkan hari ini hanya 3-5 dollar bagi pedagang akhir/retailer). Namun margin keuntungan masih diperoleh oleh para distributor. Apabila sanggup membangun jaringan distribusi nasional, bulk buying iPod dengan diskon masih menyisakan business yang lumayan sebagai tambahan boost dari bisnis utama (complementary). iPod saat ini terjual di Indonesia sampai dengan 1.500 unit per bulan dengan estimasi peak sampai dengan 5.000-10.000 unit perbulan. Bisnis pendukung aksesoris iPod lebih menyediakan ruang expansi bagi bisnis retail ini.

4. Expand Sinergi iTunes Music Store dengan Konten Lokal.

Salah satu kunci keberhasilan musik download adalah, get local. Kebanyakan pencinta musik download adalah masyarakat kebanyakan yang lebih tertarik dan lebih kenal musik Kucing Garong ketimbang U2 :P Imagine The Possibility. Kerjasama dan bangun konten lokal yang bersifat lokal yang BELUM pernah digarap Operator saat ini dan sinergikan dengan iTunes Music Store. Contoh: konten lokal Jawa Tengah diisi dengan opsi pilihan dagelan, ketoprakan; Jawa Timur dengan lundrukan, Orang Sumatera Utara seneng ada Dongeng sebelum tidur. Cerita-cerita daerah dan kekhasan daerah perlu di gali. Dan ini sama sekali belum dilakukan oleh operator yang ada saat ini.

5. Ambil Partnership Untuk Distribusi Produk Apple Yang Lain.

Dengan membangun jaringan bisnis dan distribusi produk Apple, tidak ada salahnya didukung oleh bisnis distribusi dan value added services untuk produk Apple yang lainnya, mencakup bisnis produk komputer Apple. Bisnis produk Apple komputer saat ini mengalami peningkatan 2 digit disaat rata-rata industri mengalami kelesuan, berkat transisi Apple ke platform Intel, dan kemampuan produk-produk komputer Apple untuk dapat menjalankan Windows disamping Mac OS X. Dari keseluruhan bisnis Apple, 65 persen disumbangkan oleh lini MacBook.

6. Lakukan Bisnis Consulting Services dengan Value Added Produk Apple.

Salah satu kelemahan para distributor Apple dan pedagang retail Apple yang ada di Indonesia adalah mereka berangkat dari dunia dagang glodok, alias jual barang dengan value added paling rendah. Salah satu model bisnis paling menarik adalah mempergunakan barang produk Apple sebagai value added business consulting. Dan hal ini hanya dapat dilakukan oleh korporasi yang mengerti bisnis korporat dan memiliki resources yang memiliki background IT dan kompetensi UNIX dibandingkan dengan pedagang. IBM Global Services menunjukkan nilai kapitalisasi bisnis services yang tidak kecil.