Sampai sekarang perdebatan ini belum selesai. Kalau dilihat dari tempat di mana pelajaran pengembangan software (rekayasa perangkat lunak) berada, dia berada di lingkungan matematik atau sains. Semestinya dia bisa dikatakan sains ya? Kemudian produk software dikembangkan dengan mengacu kepada kaidah rekayasa (engineering).

Tetapi ketika kita meminta pengembang untuk memperlakukan software seperti bangunan (rekayasa juga kan?), misalnya meminta harga yang bisa dipertanggung jawabkan atau skedul yang pasti, pengembang banyak yang mengelak dengan dalih ada banyak faktor seni (art) di dalamnya sehingga harganya susah diprediksi atau waktu yang molor. Ternyata pengembangan software susah dikendalikan secara saklek. Halah. Jadi bagaimana dong? Sains atau Seni sih?

Bagaimana pendapat Anda?